APEC
A. Sejarah APEC
Secara harfiah, APEC merupakan singkatan dari Asia
Pacific Economic Cooperation, yaitu wadah kerja sama bangsa-bangsa di kawasan
Asia Pasific di bidang ekonomi. APEC resmi terbentuk pada bulan Nopember 1989 di
Canberra, Australia. Pembentukan forum ini merupakan usulan mantan Perdana
Menteri Australia, Bob Hawke, yang merupakan kelanjutan dari berbagai usulan dan
upaya untuk mengadakan kerja sama ekonomi regional Asia Pasific. Ada dua faktor
yang dominan yang mendorong lahirnya APEC yaitu:
q
Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan putaran Uruguay
yang dapat berakibat meningkatnya proteksionisme dan munculnya
kelompok-kelompok perdagangan seperti Pasar Tunggal Eropa dan Pasar Bebas
Amerika Utara.
yang dapat berakibat meningkatnya proteksionisme dan munculnya
kelompok-kelompok perdagangan seperti Pasar Tunggal Eropa dan Pasar Bebas
Amerika Utara.
q
Perubahan besar di bidang politik dan ekonomi yang sedang terjadi
dan berlangsung di Uni Soviet dan Eropa Timur.
Dua faktor inilah yang melatarbelakangi kelahiran
APEC, suatu forum kerja sama internasional yang dimaksudkan untuk meningkan
kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik terutama di bidang perdagangan dan
investasi. Itulah sebabnya mengapa APEC dapat dikatakan sebagai suatu forum internasional dengan fokus
perhatian pada masalah ekonomi dan bukan politik. Keanggotaannya bersifat
terbuka dan kegiatannya lebih menekankan pada kerja sama di bidang ekonomi.
Dengan perkataan lain, forum ini pada dasarnya ingin membentuk sebuah blok
terbuka yang keanggotaannya bersifat suka rela, dengan fokus perhatian pada
masalah ekonomi, bukan politik.[6]
Empat tahun setelah pendiriannya pada tahun 1989, para pemimpin
negara-negara anggota APEC mulai menggelar dialog intensif dan setahun setelah
mendirikan sekretariat pada tahun 1992 APEC mulai dengan tahap pembentukan visi.
Pada pertemuan para pemimpin ekonomi anggota APEC (AELM/APEC
Economic Leaders Meeting) yang pertama di Blake Island, Seattle, AS, APEC
menetapkan visi bahwa kawasan yang mewakili (saat itu) populasi 40 persen dari
penduduk dunia, dan Produk Nasional Bruto (GNP) mencapai sekitar 55 persen GNP
dunia siap, memainkan peranan penting dalam perekonomian dunia.
Berkaitan dengan ini, APEC mendukung sepenuhnya sistem perdagangan
multilateral serta yakin bahwa perdagangan dan investasi bebas akan mampu
mengantarkan Asia Pasifik menjadi kawasan yang memiliki peran penting dalam
perekonomian dunia.
Liberalisasi perdagangan dan investasi adalah merupakan sasaran
utama APEC dan hal ini menjadi sangat jelas sejak Deklarasi Bogor tahun 1994
ketika para pemimpin APEC menetapkan sasaran perdagangan bebas dan investasi
untuk negara maju tahun 2010 dan negara berkembang 2020.
Sejak digelarnya APEC Economic Leaders Meeting (AELM) di Seattle,
AS, tahun 1993, setiap tahun dilahirkan deklarasi atau kesepakatan bersama di
antara para pemimpin negara-negara anggota APEC. Deklarasi tersebut secara
kronologis bisa dilihat pada tabel di bawah.
1. Perubahan Strategi
Dari serangkaian deklarasi atau kesepakatan yang berhasil
dirumuskan dengan jelas, dapat diamati bahwa telah terjadi perubahan dalam
strategi APEC dalam upaya membuka pasar.
Jika sebelumnya ditentukan deadline bagi negara-negara
anggota untuk membuka pasarnya pada tahun 2010 (untuk negara maju) dan 2020 (untuk
negara berkembang), maka kini proses diubah menjadi keterbukaan pasar secara
sektoral satu per satu.
Artinya, negara anggota yang merasa sudah siap, bisa menentukan
sendiri sektor apa saja yang secepatnya mencapai ke-terbukaan pasar. Sedangkan
negara yang belum siap menyusul kemudian. Inilah yang kemudian disebutkan sebagi
liberalisasi dini secara sukarela (EVSL/ Early Voluntary Sectoral
Liberalization).
Adanya perubahan tersebut menunjukkan adanya keinginan untuk
menciptakan liberalisasi perdagangan dan investasi lebih cepat dan dalam waktu
yang bersamaan adanya keraguan akan kekompakan negara anggota dalam mencapai
tujuan yang telah dicanangkan.
Secara gamblang dapat dikatakan bahwa setiap negara mendukung
liberalisasi perdagangan dan investasi, bila dengan itu kemakmuran masyarakat
dapat ditingkatkan secara berarti.
Sebaliknya, bila liberalisasi tidak segera menghasilkan manfaat,
bahkan untuk sementara membebani masyarakat, akan muncul ketidaksetujuan, atau
alternatif lain yang dianggap lebih baik. APEC tampaknya dewasa ini dihadapkan
kepada berbagai pandangan kritis yang mempersoalkan keberadaan serta strategi
yang akan ditempuh.
2. Deklarasi Bersama Para Pemimpin APEC
a. 1993: Blake Island, Seattle, AS
Para pemimpin APEC berhasil menciptakan Visi Ekonomi (Economic
Vision of APEC Leaders). Dalam pertemuan ini disepakati untuk menciptakan
sistem perdagangan yang lebih terbuka di Asia Pasifik.
Cara yang akan ditempuh adalah dengan menetapkan kerangka kerja
sama perdagangan, investasi, dan pengalihan teknologi, termasuk permodalan. Para
pemimpin APEC menegaskan bahwa liberalisasi perdagangan dan investasi adalah
dasar identitas dan aktivitas APEC, dan kerja sama yang akan dijalin dilakukan
melalui kelompok kerja.
b. 1994: Bogor Indonesia
Pada pertemuan di Bogor disepakati bahwa negara yang sudah pada
tingkat industrialisasi (negara-negara maju) akan mencapai sasaran perdagangan
dan investasi yang bebas dan terbuka (liberalisasi) paling lambat tahun 2010,
dan wilayah yang tingkat ekonominya sedang berkembang paling lambat tahun 2020.
Sehubungan dengan ini, para pemimpin ekonomi APEC sepakat untuk
memperluas dan mempercepat program pemudahan perdagangan dan investasi di
kalangan APEC. Selain itu, disepakati peningkatan kerja sama pembangunan di
antara anggota melalui program pengembangan sumber daya manusia, pengembangan
pusat-pusat pengkajian APEC dan kerja sama di bidang IPTEK (termasuk alih
teknologi). Deklarasi Bogor dikenal sebagai Deklarasi Tekad Bersama (Declaration
of Common Resolve).
c. 1995: Osaka, Jepang
Pada pertemuan di Osaka disepakati (Osaka Declaration) bahwa APEC
mulai melangkah ke tahap aksi dengan tiga pilar, yaitu perdagangan dan investasi,
fasilitasi serta kerja sama ekonomi dan teknik.
Prinsip-prinsip untuk memandu pencapaian liberalisasi dan
fasilitasi meliputi konsistensi dengan WTO, komparabilitas, nondiskriminasi,
transparansi, komprehensivitas, standstill.
Pada pertemuan di Osaka juga disepakati untuk menyusun agenda
Rencana Aksi individual dan Rencana Aksi Kolektif yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya di Manila.
d. 1996: Teluk Subic, Filipina
Pada pertemuan di Filipina disepakati untuk menciptakan
liberalisasi perdagangan dan investasi yang lebih progresif dan komprehensif
guna mencapai tujuan deklarasi Bogor. Para pemimpin APEC merekomendasikan
diadakannya penyempurnaan Rencana Aksi Individual masing-masing negara anggota
untuk dibahas dalam pertemuan di Vancouver, Kanada.
Selain itu disepakati pula untuk memfasilitasi dunia usaha dalam
melakukan transaksi bisnis baik di dalam maupun antaranggota ekonomi APEC.
Kesepakatan yang dicapai di Filipina ini disebut sebagai Rencana Aksi Manila
untuk APEC (Manila Action Plan For APEC/MAPA).
e. 1997: Vancouver, Kanada
Pada pertemuan ini disepakati penerapan paket EVSL atau
liberalisasi sektoral sukarela secara dini sebagai wujud rencana aksi
individual. Adapun sektor-sektor yang disetujui untuk diliberalisasi secara dini,
adalah ikan dan produk ikan, produk kehutanan, peralatan kedokteran, energi,
mainan, permata dan perhiasan, produk kimia, telekomuniasi serta peralatan
pengaman lingkungan, dan produk penunjangnya.
Dan sejumlah sektor yang ditolak liberalisasi dininya adalah,
sektor otomotif, produk pesawat terbang sipil, pupuk, karet dan karet sintesis,
minyak, dan produk minyak serta makanan.
f. 1998: Kuala Lumpur, Malaysia
Salah satu keputusan penting yang dihasilkan di Kuala Lumpur (Cyberjaya
Declaration), adalah kesepakatan mendesak negara industri maju untuk
membenahi institusi keuangannya (peraturan yang menyangkut keuangan).
Seperti diketahui pada pertengahan tahun 1997 beberapa negara di
Kawasan Asia dilanda krisis keuangan dan salah satu faktor yang memungkinkan hal
itu terjadi adalah kelemahan peraturan atau kebijakan keuangan di negara maju.
Selain itu negara maju diminta untuk lebih transparan menyangkut
standar internasional bagi institusi keuangan swasta yang terlibat langsung
dalam pergerakan arus modal internasional.
Pada pertemuan kali ini juga para pemimpin APEC mengharapkan agar
lembaga keuangan internasional dapat dan mampu menyajikan analis-analis yang
lebih obyektif. Selanjutnya para pemimpin ekonomi APEC sepakat untuk
meningkatkan upaya-upaya inovatif dalam rangka pemulihan arus masuk modal. Hal
ini akan diupayakan melalui kerja sama dengan lembaga multilateral seperti Bank
Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB).
g. 1998: Auckland, Selandia Baru
Pada pertemuan Selandia Baru disepakati bahwa untuk mempercepat
pemulihan ekonomi dapat dan akan dilakukan melalui penajaman komitmen
liberalisasi dengan antara lain penghapusan hambatan perdagangan, baik tarif
maupun nontarif.
Selain
itu disepakati bahwa untuk memperkuat sistem ekonomi pasar di antara negara
anggota dipandang perlu membentuk pusat jaringan usaha kecil menengah (UKM).
B. Manajemen APEC
1. Anggota APEC dan Mekanisme Kerjasama APEC
Anggota APEC terdiri dari Amerika Serikat, Kanada,
Meksiko, Cile, Jepang, Hongkong, Republik Korea, Cina Taiwan, Republik Cina,
Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Indonesia, Papua
Nugini, Australia dan Selandia Baru.
Anggota-anggota APEC menjalin kerja sama melalui dialog-dialog yang dilakukan melaui pertemuan-pertemuan rutin. Ada dua jenis pertemuan dialog di dalam APEC, yaitu AELM dan KTM.
Anggota-anggota APEC menjalin kerja sama melalui dialog-dialog yang dilakukan melaui pertemuan-pertemuan rutin. Ada dua jenis pertemuan dialog di dalam APEC, yaitu AELM dan KTM.
AELM kepanjangan dari APEC Leaders Meeting adalah
forum pertemuan para pemimpin ekonomi APEC yang juga merupakan Pertemuan Tahunan
Kepala Negara APEC. AELM I diselenggarakan di Seatle, Amerika Serikat Tahun
1993. AELM II di Bogor, Indonesia 15 November 1994, AELM III di Osaka, Jepang
tahun 1995.
Selain melalui pertemuan tingkat kepala negara,
masing-masing pihak di dalam APEC juga mengadakan pertemuan lewat delegasi
menteri-menteri. Sejak terbentuknya APEC pada bulan November 1989, APEC
setidaknya telah mengadakan enam kali KTM.
Pertemuan-pertemuan ini dijadikan wadah bagi
anggota-anggota APEC untuk memperkuat level kerja sama di antara mereka, yang
terdiri dari tiga level kerja sama yaitu:
q
Kerja sama untuk menciptakan perdagangan bebas dan arus investasi
yuang lebih lancar di kawasan Asia Pasifik.
yuang lebih lancar di kawasan Asia Pasifik.
q
Program kerja penunjang perdagangan.
q
Kerja sama etnik/budaya.
2. Struktur Organisasi APEC
Struktur APEC terdiri dari KTM, SOM, Komite Perdagangan dan Investasi (CTI), Komite Anggaran dan Administrasi (BAC) dan Kelompok Ad-hoc mengenai ETI.
Secara khusus mengenai CTI, Komite Perdagangan dan Investasi ini mempunyai 10 program kerja yaitu:
q
Dialog kebijaksanaan perdagangan
q
Kepabeanan
q
Tarif
q
Investasi
q
Segi administrasi dari akses pasar
q
Standar dan konfirmasi
q
Pengusaha kecil dan menengah
q
Isu tambahan lainnya, seperti isu terorisme.
Organisasi Konferensi Islam
I. Latar Belakang Didirikannya OKI
Organisasi Konferensi Islam (OKI) merupakan organisasi internasional non militer yang didirikan di Rabat,Maroko pada tanggal 25 September 1969. Dipicu oleh peristiwa pembakaran Mesjid Al Aqsha yang terletak di kota Al
Quds (Jerusalem) pada tanggal 21 Agustus 1969 telah menimbulkan reaksi
keras dunia, terutama dari kalangan umat Islam. Saat itu dirasakan
adanya kebutuhan yang mendesak untuk mengorganisir dan menggalang
kekuatan dunia Islam serta mematangkan sikap dalam rangka mengusahakan
pembebasan Al Quds.
Atas
prakarsa Raja Faisal dari Arab Saudi dan Raja Hassan II dari Maroko,
dengan Panitia Persiapan yang terdiri dari Iran, Malaysia, Niger,
Pakistan, Somalia, Arab Saudi dan Maroko, terselenggara Konperensi
Tingkat Tinggi (KTT) Islam yang pertama pada tanggal 22-25 September
1969 di Rabat, Maroko. Konferensi ini merupakan titik awal bagi pembentukan Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Secara umum latar belakang terbentuknya OKI sebagai berikut :
1) Tahun 1964 : Pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di Mogadishu timbul suatu ide
untuk menghimpun kekuatan Islam dalam suatu wadah internasional.
2) Tahun 1965 : Diselenggarakan
Sidang Liga Arab sedunia di Jeddah Saudi Arabia yang mencetuskan ide
untuk menjadikan umat Islam sebagai suatu kekuatan yang menonjol dan untuk menggalang solidaritas Islamiyah dalam usaha melindungi umat Islam dari zionisme khususnya.
3) Tahun 1967 : Pecah Perang Timur Tengah melawan Israel. Oleh karenanya solidaritas Islam di negara-negara Timur Tengah meningkat.
4) Tahun 1968 : Raja Faisal dari Saudi Arabia mengadakan
kunjungan ke beberapa negara Islam dalam rangka penjajagan lebih lanjut
untuk membentuk suatu Organisasi Islam Internasional.
5) Tahun 1969 : Tanggal
21 Agustus 1969 Israel merusak Mesjid Al Agsha. Peristiwa tersebut
menyebabkan memuncaknya kemarahan umat Islam terhadap Zionis Israel.
Seperti
telah disebutkan diatas, Tanggal 22-25 September 1969 diselenggarakan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara Islam di Rabat, Maroko
untuk membicarakan pembebasan kota Jerusalem dan Mesjid Al Aqsa dari
cengkeraman Israel. Dari KTT inilah OKI berdiri.
II. Tujuan Didirikannya OKI
Secara
umum tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk mengumpulkan
bersama sumber daya dunia Islam dalam mempromosikan kepentingan mereka
dan mengkonsolidasikan segenap upaya negara tersebut untuk berbicara
dalam satu bahasa yang sama guna memajukan perdamaian dan keamanan dunia
muslim. Secara khusus, OKI bertujuan pula untuk
memperkokoh solidaritas Islam diantara negara anggotanya, memperkuat
kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan iptek.
Pada
Konferensi Tingkat Menteri (KTM) III OKI bulan February 1972, telah
diadopsi piagam organisasi yang berisi tujuan OKI secara lebih lengkap,
yaitu :
A. Memperkuat/memperkokoh :
1) Solidaritas diantara negara anggota;
2) Kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan iptek.
3) Perjuangan umat muslim untuk melindungi kehormatan kemerdekaan dan hak- haknya.
B. Aksi bersama untuk :
1) Melindungi tempat-tempat suci umat Islam;
2) Memberi semangat dan dukungan kepada rakyat Palestina dalam memperjuangkan haknya dan kebebasan mendiami daerahnya.
C. Bekerjasama untuk :
1) menentang diskriminasi rasial dan segala bentuk penjajahan;
2) menciptakan suasana yang menguntungkan dan saling pengertian diantara negara anggota dan negara-negara lain.
III. Prinsip OKI
Untuk mencapai tujuan diatas, negara-negara anggota menetapkan 5 prinsip, yaitu:
1) Persamaan mutlak antara negara-negara anggota
2) Menghormati hak menentukan nasib sendiri, tidak campur tangan atas urusan dalam negeri negara lain.
3) Menghormati kemerdekaan, kedaulatan dan integritas wilayah setiap negara.
4) Penyelesaian
setiap sengketa yang mungkin timbul melalui cara-cara damai seperti
perundingan, mediasi, rekonsiliasi atau arbitrasi.
5) Abstein
dari ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah,
kesatuan nasional atau kemerdekaan politik sesuatu negara.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
|
||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Anggota |
Afganistan · Albania · Aljazair · Arab Saudi · Azerbaijan · Bahrain · Bangladesh · Benin · Brunei · Burkina Faso · Chad · Djibouti · Gabon · Gambia · Guinea · Guinea Bissau · Guyana · Indonesia · Irak · Iran · Kamerun · Kazakhstan · Komoro · Kirgizstan · Kuwait · Lebanon · Libya · Maladewa · Malaysia · Mali · Maroko · Mauritania · Mesir · Mozambik · Niger · Nigeria · Oman · Pakistan · Palestina · Pantai Gading · Qatar · Senegal · Sierra Leone · Somalia · Sudan · Suriah · Suriname · Tajikistan · Togo · Tunisia · Turki · Turkmenistan · Uganda · Uni Emirat Arab · Uzbekistan · Yaman · Yordania
|
|||||||||||
Pengamat |
|
KTT NON BLOK
Di era tahun 50-an, Negara-negara di dunia terpolarisasi kedalam dua kutub. Ketika itu terjadi pertarungan yang kuat antra Timur dan Barat terutama sekali pada era perang dingin (cold war) antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
Pertarungan ini adalah merupakan upaya untuk memperluas sphere of interest dan sphere of influence.
Dengan sasaran utama perebutan penguasaan atas wilayah-wilayah
potensial di dunia dengan berkedok pada ideology anutan masing-masing.
Sebagian
Negara masuk dalam Blok Amerika dan sebagian lagi masuk dalam Blok Uni
Sovyet. Aliansi dan pertarungan didalamnya memberikan akibat fisik yang
negative bagi beberapa Negara di dunia seperti misalnya Jerman yang
sempat terbagi menjadi dua bagian, Vietnam dimasa lalu, serta
Semenanjung Korea yang sampai saat sekarang ini masih terbelah menjadi
Korea Utara dan Korea Selatan.
Dalam
pertarungan ini Negara dunia ketiga menjadi wilayah persaingan yang
amat mempesona buat keduanya. Sebut saja misalnya Negara-negara di
kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang serta Negara-negara di kawasan lain yang kaya akan energi dunia seperti Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar.
Dalam
kondisi yang seperti ini, lahir dorongan yang kuat dari para pemimpin
dunia ketiga untuk dapat keluar dari tekanan dua Negara tersebut.
Soekarno, Ghandi dan beberapa pemimpin dari Asia
serta Afrika merasakan polarisasi yang terjadi pada masa tersebut
adalah tidak jauh berbeda dengan kolonialisme dalam bentuk yang lain.
Akhirnya
pada tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia
dan Afrika bertemu membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk
didalamnya mengupas secara serius tentang kolonialisme dan pengaruh
kekuatan "barat". Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia
Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi Bandung. Konferensi inilah
yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok.
- Persamaan nasib bangsa-bangsa yang pernah dijajah menggalang solidaritas untuk mengenyahkan kolonialisme.
- Terjadinya perang dingin dan ketegangan dunia akibat persaingan antara blok Barat dan blok Timur.
- Terjadinya krisis Kuba yang mengancam perdamaian dunia.
- Pada tahun 1961 terjadi pertemuan di Kairo sebagai persiapan KTT 1 GNB.
- Tidak berpihak dalam persaingan blok Barat dan blok Timur.
- Berpihak terhadap perjuangan antikolonialisme.
- Menolak ikut serta berbagai bentuk aliansi militer.
- Menolak aliansi bilateral dengan negara super power.
- Menolak pendirian basis militer negara super power di wilayah masing-masing.
Gerakan Nonblok sebagai sebuah Organisasi memiliki beberapa tujuan berikut:
- Mendukung perjuangan dekolonisasi.
- Memegang teguh melawan imperialisme,neokolonialisme,dan rasialisme.
- Sebagai wadah perjuangan negara-negara yang berkembang untuk mencapai tujuan.
- Mengurangi ketegangan antara blok Barat dan blok Timur.
- Mengadakan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan kekerasan.
- Presiden Ir.Soekarno ( Indonesia )
- Presiden Joseph Broz Tito ( Yugoslavia )
- Presiden Gamal Abdul Nasser ( Mesir )
- Perdana Menteri Jawaharlal Nehru ( India )
- Perdana Menteri Kwame Nkrumah ( Ghana )
NATO(NORTH ATLANTIC TREATY ORGANIZATION)
Mengenal sejarah dan lahirnya Gerakan NATO (North Atlantic Treaty Organization)
NATO merupakan organisasi internasional yang menekankan dalam bidang pertahanan (militer) di Negara-negara atlantik utara.
Organisasi ini (NATO) dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk membendung gerakan komunis yang merajalela di Negara-negara Eropa Barat setelah selesainya perang dunia ke 2. Untuk menghambat gerakan dan penyebaran ajaran komunis tersebut maka Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, belanda, Belgia, Kanada, Perancis, Italia, Luksemburg, Norwegia, Denmark,Portugal, dan Eslandia bergabung dalam organisasi ini.
Organisasi ini terbentuk setelah ditandatanganinya naskah perjanjian Atlantik Utara (North Atlantic Treaty) pada tanggal 4 April 1949. Markas besar NATO terletak di Brussel (Belgia). Yunani dan Turki menjadi anggota NATO pada tahun 1951.
Sedangkan Jerman Barat nantu baru pada tahun 1955 bergabung menjadi anggota NATO.
Adapun selain tujuan utama diatas terbentuknya NATO, ada juga tujuan lain yang diharapkan dari lahirnya NATO, yakni :
a. Menyelesaikan sengketa secara damai.
b. Menghapuskan sengketa politik ekonomi internasional.
c. Menghindarkan penggunaan kekerasan dan ancaman militer dalam hubungan internasional.
d. Saling membantu dan membela Negara yang tergabung dalam anggota NATO yang memperoleh serangan dari Negara lain, karena menyerang 1 negara anggota NATO adalah seolah-olah menyerang seluruh anggota NATO dan NATO itu sendiri.
Civilian structure | ||||||||
NATO Headquarters | ||||||||
Permanent Representatives and National Delegations | ||||||||
International Staff (IS) | ||||||||
Private Office (PO) | ||||||||
Political Affairs and Security Policy Division | ||||||||
NATO Liaison Office (NLO) in Georgia | ||||||||
Partnership for Peace Documentation Center | ||||||||
Operations Division | ||||||||
Civil Emergency Planning | ||||||||
Euro-Atlantic Disaster Response Coordination Centre (EADRCC) | ||||||||
NATO Situation Centre | ||||||||
Emerging Security Challenges Division | ||||||||
Science for Peace and Security | ||||||||
Defence Policy and Planning Division | ||||||||
NATO Liaison Office (NLO) Ukraine | ||||||||
Defence Investment Division | ||||||||
Explosive Ordnance Disposal and Ammunition Storage Training Team | ||||||||
The Group of National Directors on Codification (AC/135) | ||||||||
NATO Codification System | ||||||||
The NATO Naval Armaments Group (NNAG) (AC/141) | ||||||||
The NATO Air Force Armaments Group (NAFAG) (AC/224) | ||||||||
The NATO Army Armaments Group (NAAG) (AC/225) | ||||||||
The CNAD Ammunition Safety Group (AC/326) | ||||||||
Life Cycle Management Group (AC/327) | ||||||||
Industrial Advisory Group (NIAG) | ||||||||
Public Diplomacy Division | ||||||||
NATO Multimedia Library | ||||||||
Fellowship and sponsorship programmes | ||||||||
NATO Information and Documentation Centre, Kyiv, Ukraine (in Ukrainian) | ||||||||
NATO Information Office in Moscow (in Russian) | ||||||||
NATO Contact Point Embassies in partner countries (PDF/39Kb) | ||||||||
Executive Management | ||||||||
Archives | ||||||||
Recruitment Service | ||||||||
NATO Internship Programme | ||||||||
NATO Office of Resources (NOR) | ||||||||
NATO Office of Security (NOS) | ||||||||
NATO Headquarters Consultation, Command and Control Staff (NHQC3S) | ||||||||
Office of the Financial Controller (FinCon) | ||||||||
Office of the Chairman of the Senior Resource Board (SRB) | ||||||||
Office of the Chairman of the Civil and Military Budget Committees (CBC/MBC)) | ||||||||
International Board of Auditors for NATO (IBAN) | ||||||||
NATO Production and Logistics Organisations (NPLO) |
Military structure | |||||
The Military Committee | |||||
International Military Staff | |||||
Plans and Policy Division | |||||
Operations Division | |||||
Intelligence Division | |||||
Cooperation and Regional Security Division | |||||
Logistics, Armaments and Resources Division | |||||
NATO Situation Centre | |||||
Financial Controller | |||||
NATO HQ Consultation, Control and Communications Staff (HQC3) | |||||
Partner Country Representation | |||||
NATO Training Group | |||||
Committee on women in the NATO Forces | |||||
NATO Military Audiovisual Working Group | |||||
Allied Command Operations (ACO) | |||||
Supreme Headquarters Allied Power Europe - SHAPE - Mons, BE - | |||||
Headquarters Allied Joint Force Command HQ Brunssum - Brunssum, NL - | |||||
Headquarters Allied Maritime Command HQ Northwood, GB | |||||
Headquarters Allied Air Command Ramstein (HQ AC Ramstein) - Ramstein, DE | |||||
Joint Headquarters Northeast - JHQ NORTHEAST - Karup, DK (deactivated) | |||||
Headquarters Allied Force Command Heidelberg, DE - | |||||
Headquarters Allied Joint Force Command Naples - Naples, IT | |||||
Headquarters Allied Maritime Command Naples - Naples, IT | |||||
Headquarters Allied Command - HQ Izmir, TR | |||||
Headquarters Allied Force Command Madrid - ES | |||||
Joint Headquarters South - JHQ SOUTH - Verona, IT (deactivated) | |||||
Joint Headquarters Southcentre - JHQ SOUTHCENT - Larissa, GR | |||||
Joint Headquarters Southeast - JHQ SOUTHEAST - Izmir, TR (deactivated) | |||||
NATO Military Liaison Office Belgrade | |||||
NATO Headquarters Sarajevo (NHQSa) - BA | |||||
NATO Headquarters Skopje (NHQSk) - former Yugoslav Republic of Macedonia¹ | |||||
Joint Headquarters Lisbon - Lisbon, PT - | |||||
Rapidly Deployable Corps Headquarters | |||||
Headquarters Allied Command Europe Rapid Reaction Corps (ARRC) - Rheindalen, DE - | |||||
Headquarters EUROCORPS in Strasbourg, FR | |||||
Multinational Corps Northeast - Szczecin, PL | |||||
Headquarters Rapid Deployable Italian Corps - Milan, IT | |||||
Headquarters Rapid Deployable Turkish Corps - Istanbul, TR | |||||
Headquarters Rapid Deployable German-Netherlands Corps - Münster, DE | |||||
Headquarters Rapid Deployable Spanish Corps in Valencia, ES | |||||
Headquarters Rapid Deployable French Corps in Lille, FR | |||||
NATO Deployable Corps - GR | |||||
Other Staffs and Commands Responsible to SACEUR | |||||
The Reaction Forces (Air) Staff - RF(A)S - Kalkar, DE | |||||
NATO Airborne Early Warning Force (NAEWF) | |||||
Immediate Reaction Forces (Maritime) | |||||
ACE Mobile Force - AMF - Heidelberg, DE | |||||
Naval Striking and Support Forces - STRIKFORNATO - Naples, IT | |||||
Standing Naval Force Atlantic - STANAVFORLANT | |||||
Standing Naval Forces Mediterranean - STANAVFORMED | |||||
Standing Naval Forces Channel - STANAVFORCHAN | |||||
Allied Command Transformation (ACT) | |||||
Headquarters Supreme Allied Commander Transformation - HQ SACT - Norfolk, US - | |||||
Joint Warfare Centre - JWC - Stavanger, NO | |||||
NATO Joint Force Training Centre - JFTC - Bydgoszcz, PL | |||||
NATO Maritime Interdiction Operational Training Center - NMIOTC - Souda Naval Base, Crete, GR | |||||
NATO Undersea Research Centre - NURC - La Spezia, IT | |||||
NATO School - Oberammergau, DE | |||||
Joint Analysis and Lessons Learned Centre - Lisbon, PT | |||||
Other NATO Command & Staff Organisations | |||||
Canada-US Regional Planning Group - CUSRPG | |||||
NATO Airborne Early Warning and Control Force Command - NAEW&CFC - Mons, BE | |||||
Combined Joint Planning Staff - CJPS - Mons, BE |
|
Civil Emergency Planning | |||
Senior Civil Emergency Planning Committee (SCEPC) | |||
Civil Emergency Planning Boards and Committees | |||
Euro-Atlantic Disaster Response Coordination Centre (EADRCC) | |||
Air Traffic Management, Air Defence | |||
The NATO Air Traffic Management Committee (NATMC) | |||
The NATO Air Defence Committee (NADC) | |||
Military Committee Air Defence Study Working Group (MC-ADSWG) | |||
NATO Programming Centre (NPC) | |||
Airborne Early Warning | |||
The NATO Airborne Early Warning and Control Programme Management Organisation (NAPMO) | |||
Electronic Warfare | |||
NATO Electronic Warfare Advisory Committee (NEWAC) | |||
Meteorology | |||
Military Committee Meteorological Group (MCMG) | |||
Military Oceanography | |||
The Military Oceanography (MILOC) Group | |||
Education and Training | |||
NATO Defense College (NDC) | |||
The NATO School - Oberammergau, Germany | |||
NATO Communications and Information Systems (NCISS) School | |||
The NATO Training Group (NTG) | |||
NATO Maritime Interdiction Operational Training Center - NMIOTC - Souda Naval Base, Crete, GR | |||
NATO accredited Centres of Excellence | |||
Centre for Analysis and Simulation for the Preparation of Air Operations | |||
Civil Military Cooperation | |||
Cold Weather Operations | |||
Combined Joint Operations from the Sea | |||
Command and Control | |||
Cooperative Cyber Defence | |||
Counter Improvised Explosive Devices | |||
Defence Against Terrorism | |||
Human Intelligence | |||
Joint Air Power Competence Centre | |||
Joint Chemical, Biological, Radiological and Nuclear Defence | |||
Military Engineering | |||
Military Medical | |||
Naval Mine Warfare | |||
Operations in Confined and Shallow Waters | |||
Project Steering Committees/Project Offices | |||
Alliance Ground Surveillance Capability Provisional Project Office (AGS/PPO) | |||
Battlefield Information Collection and Exploitation System (BICES) | |||
NATO Continuous Acquisition and Life Cycle Support Office (CALS) | |||
NATO FORACS Office | |||
Munitions Safety Information Analysis Center (MSIAC)OPEC
SSUmber:http://diyanapermata.com
Venezuela adalah negara pertama
yang memprakarsai pembentukan organisasi OPEC dengan mendekati Iran,
Gabon, Libya, Kuwait dan Saudi Arabia pada tahun 1949, menyarankan
mereka untuk menukar pandangan dan mengeksplorasi jalan lebar dan
komunikasi yang lebih dekat antara negara-negara penghasil minyak. Pada
10 – 14 September 1960, atas gagasan dari Menteri Pertambangan dan
Energi Venezuela Juan Pablo Pérez Alfonzo dan Menteri Pertambangan dan
Energi Saudi Arabia Abdullah Al Tariki, pemerintahan Irak, Persia,
Kuwait, Saudi Arabia dan Venezuela bertemu di Baghdad untuk
mendiskusikan cara-cara untuk meningkatkan harga dari minyak mentah yang
dihasilkan oleh masing-masing negara. OPEC didirikan di Baghdad,
dicetuskan oleh satu hukum 1960 yang dibentuk oleh Presiden Amerika
Dwight Eisenhower yang mendesak kuota dari impor minyak Venezuela dan
Teluk Persia seperti industri minyak Kanada dan Mexico. Eisenhower
membentuk keamanan nasional, akses darat persediaan energi, pada waktu
perang. Yang menurunkan harga dari minyak dunia di wilayah ini, Presiden
Venezuela Romulo Betancourt bereaksi dengan berusaha membentuk aliansi
dengan negara-negara Arab produsen minyak sebagai satu strategi untuk
melindungi otonomi dan profabilitas dari minyak Venezuela. Sebagai
hasilnya, OPEC didirikan untuk menggabungkan dan mengkoordinasi
kebijakan-kebijakan dari negara-negara anggota sebagai kelanjutan dari
yang telah dilakukan.
OPEC adalah organisasi antar
pemerintah yang berdiri tahun 1960. Negara anggotanya adalah negara
eksportir minyak yang saat ini terdiri dari Arab Saudi,
Iran, Irak, Kuwait, Venezuela, Nigeria, Aljazair, Qatar, Libya, UAE dan Indonesia.
Sebelumnya Equador, Gabon juga menjadi anggota tetapi kemudian keluar pada
tahun 1992 dan 1994.
Berdirinya OPEC dipicu oleh keputusan sepihak dari perusahaan minyak
multinasional (The Seven Sisters) tahun 1959/1960 yang menguasai industri
minyak dan menetapkan harga di pasar internasional. “The Tripoli-Teheran
Agreement” antara OPEC dan perusahaan swasta tersebut pada tahun 1970
menempatkan OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar minyak
internasional.
Organisasi ini didirikan agar
masing masing negara anggota penghasil minyak dalam mengambil kebijakan
dalam bidang perminyakan dan harga minyak dapat menguntungkan negara
negara anggota atau produsen, oleh sebab itu organisasi inilah yang
nantinya dapat mencegah persaingan yang tidak sehat dari negara negara
penghasil minyak.
Setelah lebih dari 40 tahun berdiri, OPEC telah menerapkan berbagai strategi
dalam mencapai tujuannya. Dari pengalaman tersebut OPEC akhirnya
menetapkan tujuan yang hendak dicapainya yaitu: “preserving and enhancing
the role of oil as a prime energy source in achieving sustainable economic
development” melalui:
> Koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara anggota;
> Menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara
anggota;
> Menerapkan cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar
internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi harga;
> Menjamin income yang tetap bagi negara-negara produsen minyak;
> Menjamin suplai minyak bagi konsumen;
> Menjamin kembalinya modal investor di bidang minyak secara adil.
a. konferensi OPEC
b. dewan gubernur
c. materi pemantauan sub komite
d. sekretaris
e. dewan komisi ekonomi
f. auditor internal
g. kantor SG
h. kantor hukum
i. divisi penelitian
j. Dukungan Divisi Layanan
k. departemen layanan data
l. departemen studi minyak tanah
m. departemen studi energi
n. departemen hubungan multilateral
o. departemen PR dan informasi
p. departemen keuangan dan sumber daya manusia
q. departemen admin dan layanan
Organisasi OPEC terdiri dari 3
badan utama yaitu Konferensi OPEC, Dewan Gubernur, dan Sekretariat
beserta dengan badan-badan lainnya yang berada di bawah badan utama
sesuai dengan struktur OPEC.
1. Konferensi
Yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebijakan.
2. Dewan Gubernur
Terdiri dari Gubernur yang dipilih
oleh masing-masing anggota OPEC untuk duduk dalam Dewan yang bersidang
sedikitnya dua kali dalam setahun.
a) Melaksanakan keputusan Konferensi
b) Mempertimbangkan dan memutuskan laporan-laporan yang disampaikan sekretaris jenderal
c) Memberikan rekomendasi dan laporan kepada pertemuan konferensi OPEC
d) Mempertimbangkan semua laporan keuangan dan menunjuk seorang auditor untuk masa tugas selama 1 tahun
e) Menyetujui penunjukan Direktur-Direktur Divisi, Kepala Bagian yang diusulkan Negara anggota
f) Menyelenggarakan pertemuan Extraordinary Konferensi OPEC dan mempersiapkan agenda sidang
g) Membuat anggaran keuangan organisasi dan menyerahkannya kepada Sidang Konferensi setiap tahun
3. Sekretariat
Pelaksana eksekutif
organisasi sesuai dengan status dan pengarahan dari Dewan
Gubernur.Sekretaris Jenderal adalah wakil resmi dari organisasi yang
dipilih untuk periode 3 tahun dan dapat diperpanjang satu kali untuk
periode yang sama. Dalam melaksanakan tugasnya Sekjen bertanggung jawab
kepada Dewan Gubernur dan mendapat bantuan dari para kepala Divisi dan
Bagian
4. Economic Commission Board ( dewan
komisi ekonomi ) yang bertugas mengkaji dan mempersiapkan bahan bahan
dan syarat syarat untuk konferensi terutama mengenai hal hal teknis
bidang perminyakan.
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)Sejak berakhirnya Perang Dunia II, Eropa mengalami kemiskinan dan perpecahan. Usaha untuk mempersatukan Eropa sudah dilakukan. Namun, keberhasilannya bergantung pada dua negara besar, yaitu Prancis dan Jerman Barat. Pada tahun 1950 Menteri Luar Negeri Prancis, Maurice Schuman berkeinginan menyatukan produksi baja dan batu bara Prancis dan Jerman dalam wadah kerja sama yang terbuka untuk negara-negara Eropa lainnya, sekaligus mengurangi kemungkinan terjadinya perang. Keinginan itu terwujud dengan ditandatanganinya perjanjian pendirian Pasaran Bersama Batu Bara dan Baja Eropa atau European Coal and Steel Community (ECSC) oleh enam negara, yaitu Prancis, Jerman Barat (Republik Federal Jerman-RFJ), Belanda, Belgia, Luksemburg, dan Italia. Keenam negara tersebut selanjutnya disebut The Six State. Keberhasilan ECSC mendorong negara-negara The Six State membentuk pasar bersama yang mencakup sektor ekonomi. Hasil pertemuan di Messina, pada tanggal 1 Juni 1955 menunjuk Paul Henry Spaak (Menlu Belgia) sebagai ketua komite yang harus menyusun laporan tentang kemungkinan kerja sama ke semua bidang ekonomi. Laporan Komite Spaak berisi dua rancangan yang lebih mengintegrasikan Eropa, yaitu: 1. membentuk European Economic Community (EEC) atau Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE); 2. membentuk European Atomic Energy Community (Euratom) atau Badan Tenaga Atom Eropa. Rancangan Spaak itu disetujui pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma dan kedua perjanjian itu mulai berlaku tanggal 1 Januari 1958. Dengan demikian, terdapat tiga organisasi di Eropa, yaitu ECSC, EEC (MEE), dan Euratom (EAEC). Pada konferensi di Brussel tanggal 22 Januari 1972, Inggris, Irlandia, dan Denmark bergabung dalam MEE. Pada tahun 1981 Yunani masuk menjadi anggota MEE yang kemudian disusul Spanyol dan Portugal. Dengan demikian keanggotaan MEE sebanyak 12 negara. MEE merupakan organisasi yang terpenting dari ketiga organisasi tersebut. Bukan saja karena meliputi sektor ekonomi, melainkan juga karena pelaksanaannya memerlukan pengaturan bersama yang meliputi industri, keuangan, dan perekonomian. 2. Tujuan Pembentukan Organisasi MEE MEE menegaskan tujuannya, antara lain: 1. integrasi Eropa dengan cara menjalin kerja sama ekonomi, memperbaiki taraf hidup, dan memperluas lapangan kerja; 2. memajukan perdagangan dan menjamin adanya persaingan bebas serta keseimbangan perdagangan antarnegara anggota; 3. menghapuskan semua rintangan yang menghambat lajunya perdagangan internasional; 4. meluaskan hubungan dengan negara-negara selain anggota MEE. Untuk mewujudkan tujuannya, MEE membentuk Pasar Bersama Eropa (Comman Market ), keseragaman tarif, dan kebebasan bergerak dalam hal buruh, barang, serta modal. 3. Struktur Organisasi MEE Organisasi MEE memiliki struktur organisasi sebagai berikut. a) Majelis Umum (General Assembly) atau Dewan Eropa (European Parliament) Keanggotaan Majelis Umum MEE berjumlah 142 orang yang dipilih oleh parlemen negara anggota. Tugasnya memberikan nasihat dan mengajukan usul kepada Dewan Menteri dan kepada Komisi tentang langkah-langkah kebijakan yang diambil, serta mengawasi pekerjaan Badan Pengurus Harian atau Komisi MEE serta meminta pertanggungjawabannya. b) Dewan Menteri (The Council) Dewan Menteri MEE mempunyai kekuasaan tertinggi untuk merencanakan dan memberikan keputusan kebijakan yang diambil. Keanggotaannya terdiri atas Menteri Luar Negeri negara-negara anggota. Tugasnya menjamin terlaksananya kerja sama ekonomi negara anggota dan mempunyai kekuasaan membuat suatu peraturan organisasi. Ketuanya dipilih secara bergilir menurut abjad negara anggota dan memegang jabatan selama enam tahun. c) Badan Pengurus Harian atau Komisi (Commision) Keanggotaan Badan Pengurus Harian atau Komisi MEE terdiri atas sembilan anggota yang dipilih berdasarkan kemampuannya secara umum dengan masa jabatan empat tahun. Komisi berperan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dan badan pelaksana MEE. Di samping itu komisi juga mengamati dan mengawasi keputusan MEE, memperhatikan saran-saran baru, serta memberikan usul dan kritik kepada sidang MEE dalam segala bidang. Hasil kerjanya dilaporkan setiap tahun kepada Majelis Umum (General Assembly). d) Mahkamah Peradilan (The Court of Justice) Keanggotaan Mahkamah Peradilan MEE sebanyak tujuh orang dengan masa jabatan enam tahun yang dipilih atas kesepakatan bersama negara anggota. Fungsinya merupakan peradilan administrasi MEE, peradilan pidana terhadap keanggotaan komisi, dan peradilan antarnegara anggota untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul di antara para negara anggota. Peradilan konstitusi berfungsi untuk menyelesaikan konflik perjanjian internasional. Untuk melancarkan aktivitasnya, Masyarakat Ekonomi Eropa membentuk beberapa organisasi baru, yaitu: a) Parlemen Eropa (European Parliament); b) Sistem Moneter Eropa (European Monetary System); c) Unit Uang Eropa (European Currency Unit); d) Pasar Tunggal (Single Market). Menurut perhitungan suara referendum Prancis yang diselenggarakan pada tanggal 20 September 1992 tentang perjanjian Maastrich, menunjukkan bahwa 50,95% pemilih menyatakan setuju. Untuk mendirikan organisasi-organisasi tersebut pada tanggal 7 Februari 1992 di Maastrich, Belanda diadakan pertemuan anggota MEE. Hasil pertemuan itu dituangkan dalam sebuah naskah perjanjian yang disebut The Treaty on European Union (TEU) atau Perjanjian Penyatuan Eropa yang telah ditandatangani oleh Kepala Negara/Pemerintah di Maastrich, Belanda. Referendum dimaksudkan untuk mendapatkan persetujuan dari 12 negara anggota Masyarakat Eropa, yakni Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Belgia, Luksemburg, Italia, Irlandia, Denmark, Portugal, Spanyol, dan Yunani. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar